Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr. Sardjito bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gajah Mada serta Little Heart Community mengadakan posyandu khusus untuk anak-anak dengan penyakit jantung bawaan (PJB) di Daerah Istimewa Yogyakarta pada 21 April 2024. Acara ini menandai kembalinya posyandu setelah jeda selama empat tahun akibat pandemi COVID-19, dan bertujuan untuk memberikan dukungan kesehatan bagi anak-anak yang menderita kelainan jantung sejak lahir.
Penyakit jantung bawaan, yang terbagi menjadi sianotik dan non-sianotik, adalah salah satu kelainan jantung yang paling umum ditemukan pada bayi baru lahir. PJB sianotik ditandai dengan sianosis, yaitu warna kebiruan pada mukosa, yang disebabkan oleh percampuran darah yang tidak normal antara sisi kanan dan kiri jantung. Di seluruh dunia, diperkirakan 1,2 juta bayi dari 135 juta kelahiran hidup setiap tahun terlahir dengan PJB. Di Indonesia, data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan sekitar satu dari 100 bayi mengalami kelainan ini, dengan angka kejadian mencapai 43.200 kasus dari 4,8 juta kelahiran hidup.
Anak-anak dengan PJB sering mengalami gangguan pertumbuhan dan kesehatan yang serius, termasuk kesulitan menyusui dan rentan terhadap infeksi pernapasan. Kondisi ini disebabkan oleh berkurangnya curah jantung dan hipoksemia kronis, yang menyebabkan bayi sulit mendapatkan cukup ASI dan berisiko mengalami gagal tumbuh. Oleh karena itu, pemantauan rutin terhadap status gizi dan pertumbuhan anak-anak dengan PJB sangat penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Posyandu, sebagai pusat layanan kesehatan masyarakat, memainkan peran penting dalam upaya promotif dan preventif, terutama dalam meningkatkan status gizi dan tumbuh kembang anak. Pada posyandu ini, kegiatan yang dilakukan meliputi penimbangan berat badan, penilaian status pertumbuhan, penyuluhan, pemeriksaan kesehatan, imunisasi, serta deteksi dini gangguan tumbuh kembang. Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi risiko gagal tumbuh pada anak dengan PJB melalui pemantauan dan evaluasi berkala.
Dalam posyandu yang diselenggarakan pada hari Minggu tersebut, sejumlah kegiatan telah dilakukan, termasuk penyuluhan oleh dokter spesialis anak RSUP Dr. Sardjito. Materi yang dibahas meliputi diagnosis kegawatdaruratan pada PJB, jenis intervensi dan operasi yang mungkin diperlukan, serta optimalisasi tumbuh kembang anak dengan PJB. Selain itu, peserta posyandu juga mengikuti pengukuran antropometri, penilaian status gizi dan perkembangan, serta menikmati hiburan seperti lomba menggambar dan mewarnai.
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK-KMK UGM berencana untuk menjadikan posyandu PJB ini sebagai program rutin yang dilaksanakan setiap tiga bulan sekali di RSUP Dr. Sardjito. Program ini akan fokus pada 100 anak dengan PJB, dengan sasaran balita (0-5 tahun) dan remaja (10-18 tahun). Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan dapat memberikan dukungan berkelanjutan bagi keluarga dan anak-anak dengan penyakit jantung bawaan, serta membantu mengurangi dampak negatif dari kondisi kesehatan ini. Kegiatan ini selaras dengan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan nomor ketiga (Kehidupan Sehat dan Sejahtera) dan ketujuh belas (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan)