Low Back Pain (LBP) / nyeri punggung bawah atau di masyarakat sering disebut “loro boyok / boyoken” menjadi salah satu cedera yang sering dialami masyarakat. LBP dicirikan sebagai nyeri, regangan otot dan kekakukan yang terjadi pada area batas bawah tulang rusuk dan dibawahnya. Keluhan ini dapat disertai dengan nyeri yang menjalar hingga tungkai. Keluhan LBP dapat membaik dengan sendirinya tetapi juga dapat berkembang menjadi kondisi yang serius dan membutuhkan penanganan lanjutan.
Prevalensi secara global menunjukkan bahwa LBP menyebabkan gangguan pada aktivitas sebesar 73%. Angka ini mengindikasikan bahwa pada waktu tertentu, sekitar 540 juta orang mengalami LBP. Cedera pada punggung didominasi pada kelompok lansia usia 65 tahun keatas dan di dominasi oleh jenis kelamin perempuan. LBP akan mempengaruhi pada segala aspek kehidupan seseorang, utamanya pada aktivitas harian rutin seperti bekerja, mengangkat beban, berjalan, bahkan saat tidur pun dapat terganggu. LBP secara psikologis juga dapat menimbulkan kecemasan dalam pergerakan hingga menghindari dalam pergerakan, stress, bahkan depresi.
Banyaknya keluhan LBP menjadi isu yang ditangkap oleh tim pengabdian masyarakat Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM untuk menyelenggarakan penyuluhan kesehatan dengan tema “Ojo Loro Boyok” pada hari Sabtu, 29 Juni 2024. Tim yang di ketuai oleh Arifin Triyanto, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.MB ini menggandeng perawat klinik dari Rumah Sakit Akademik UGM dan ahli gizi dari Puskesmas Godean II. Hal ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan nomor ke-3 yaitu Kehidupan Sehat dan Sejahtera.
Bertempat di Ganjuran, Sidorejo, Godean, sebanyak 40 peserta terdiri dari kader kesehatan dan masyarakat antusias mengikuti kegiatan. Materi disampaikan oleh narasumber terkait pengantar low back pain, gizi untuk kesehatan tulang belakang, manajemen awam keluhan low back pain, dan prinsip ergonomik untuk mencegah keluhan low back pain. Selain pemaparan materi, dilakukan juga skrining
keluhan LBP pada peserta secara bersama-sama.
Arifin menyampaikan bahwa “upaya preventif sangat diutamakan untuk menghindarkan masyarakat dari cedera low back pain. Meskipun demikian, bagi yang sudah merasakan keluhan, dapat menggunakan pendekatan-pendekatan awam untuk mengurangi keluhan nyeri, sehingga edukasi pada masyarakat sangat penting untuk mendukung upaya pencegahan dan pengurangan gejala low back
pain”. Lebih lanjut dijelaskan bahwa edukasi berbasis komunitas dapat menjadi alternatif solusi dalam penyampaian informasi dan edukasi terkait dengan LBP. Edukasi berbasis komunitas dapat meningkatkan pertisipasi masyarakat dalam pemcegahan terjadinya keluhan LBP. Hal ini juga dapat menjadi acuan bagi masyarakat untuk pengambilan keputusan pencarian layanan kesehatan ketika
mengalami masalah LBP.
Hal senada juga disampaikan Kepala Dukuh Ganjuran, Indah Herdiyani, dalam sambutannya mengatakan keluhan nyeri punggung bawah sangat sering dirasakan diberbagai kalangan usia, sehingga edukasi semacam ini sangat penting dilakukan. Adanya kegiatan ini diharapkan dapat membantu masyarakat dalam peningkatan pengetahuan tentang LBP. Respon positif dari tahun ke tahun terhadap kegiatan edukasi mendorong tim pengabdian masyarakat FKKMK untuk berkomitmen melanjutkan kegiatan serupa untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Topik edukasi terkait cedera masih menjadi isu penting mengingat luasnya dampak yang ditimbulkan. Pencegahan sangat diperlukan untuk meminimalkan morbiditas. Kolaborasi dengan pemerintah desa merupakan bentuk mendukun tujuan pembangunan berkelanjutan nomor 17 yaitu Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. (Kontributor: Tim Pengabdian Arifin Triyanto, S.Kep., Ns., M.Kep.,)