Tren kasus penyakit tidak menular menunjukkan kecenderungan meningkat. Tim Pengabdian Masyarakat yang diketuai oleh Dr. dr. Denny Agustiningsih, M.Kes., AIFM. menyelenggarakan workshop Capacity Building “Gerakan Sekolah Sehat” di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM pada Selasa, 23 Juli 2024 lalu.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menduduki urutan pertama sebagai provinsi dengan penyandang DM tertinggi di Indonesia. Penyakit DM kini tidak hanya menyerang kaum dewasa saja, tetapi juga pada anak. Di Indonesia, penyakit DM pada anak mencapai 2 per 100.000 jiwa. Terjadi peningkatan sebanyak 70x lipat pada tahun 2023 dibandingkan pada tahun 2010 yang hanya 0,028 per 100.000 jiwa (IDAI,2023). Berdasarkan data ini, dr. Denny bersama tim HDSS melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat yang berjudul Penguatan Program Health Promoting School Be Active, Be Healthy di Wilayah Kabupaten Sleman Yogyakarta.
Kegiatan ini memfasilitasi sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Kota Yogyakarta dan Sleman dalam rangka meningkatkan kapasitas para guru dalam mengembangkan kualitas pembelajaran dan layanan pendidikan secara holistik di bidang kesehatan sekolah dan kesehatan peserta didik dalam pelaksanaan program Gerakan Sekolah Sehat (GSS). Keterlibatan dari berbagai pihak sekolah merupakan bentuk dalam mencapai Tujuan pembangunan Berkelanjutan poin ke tujuh belas yaitu Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Penerapan gerakan masyarakat untuk hidup sehat (Germas) diperlukan sebagai upaya untuk pencegahan dan pengendalian penyebaran penyakit termasuk pada anak usia sekolah dan komunitas sekolah pada umumnya. Hal ini sejalan dengan tujuan dari Sustainable Development Goals nomor tiga yaitu mewujudkan Kehidupan Sehat dan Sejahtera.
Semakin masifnya dukungan, partisipasi aktif, dan pelaksanaan kemitraan strategis dari berbagai pihak, maka pada tahun 2024, Kemendikbudristek mengembangkan Kampanye Sekolah Sehat (KSS) menjadi Gerakan Sekolah Sehat (GSS) dengan penambahan 2 fokus sehat yaitu sehat jiwa dan sehat lingkungan sehingga pelaksanaan GSS menjadi berfokus pada 5 sehat yaitu sehat bergizi, sehat fisik, sehat imunisasi, sehat jiwa dan sehat lingkungan.
Selama ini implementasi penyelenggaraan kesehatan sekolah dan kesehatan peserta didik dilaksanakan melalui trias UKS, namun belum optimal. Beberapa kendala diantaranya, kurangnya kapasitas pembina UKS dalam pelaksanaan pembinaan dan pendampingan penerapan sekolah sehat dalam program GSS. “Sehingga menjadi penting optimalisasi peran tim pelaksana UKS di tingkat satuan pendidikan” terang Dr. Supriyati, S.Sos., M.Kes dalam pengantar Abdimas “Be Active Be Healthy”. Oleh karena itu, tim pengabdian membantu memfasilitasi untuk peningkatan kapasitas sekolah melalui pelatihan, bimbingan teknis, maupun pendampingan.
Hadir sebagai narasumber untuk memberikan contoh implementasi gerakan sekolah sehat oleh Dinas Pendidikan Sleman yaitu Rira Meuthia, SE. M.Pd. Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH, Ph.D memberikan materi tentang Penyakit Diabetes Melitus pada Anak sebagai upaya pencegahan sejak dini. Hadir pula Prof. dr. Mei Neni Sitaresmi, Sp.A(K)., Ph.D dan Dr.dr. Prima Dhewi Ratriningtyas, M.Biotech yang menjelaskan tentang Pentingnya Imunisasi pada Anak Usia Sekolah dan Masalah Reproduksi pada Anak.
Harapannya, dengan adanya program pengabdian masyarakat ini dapat membantu memaksimalkan kapasitas para guru terutama pelaksana UKS dalam pelaksanaan Gerakan Sekolah Sehat.