Lansia mengalami berbagai penurunan fungsi secara fisiologis yang dapat berdampak pada penurunan kapasitas instrinsiknya. WHO menginisiasi konsep Healthy Aging sebagai kunci untuk memberdayakan kontribusi lansia terhadap masyarakat dan memaksimalkan kehidupan mereka yang sejahtera. Konsep kapasitas intrinsik (intrinsic capacity/IC) diperkenalkan oleh WHO pada tahun 2015 untuk menciptakan indikator multidimensi yang berkaitan dengan status fungsional individu dalam mencapai healthy aging. Penanda awal penurunan kapasitas intrinsik, seperti penurunan kecepatan berjalan atau berkurangnya kekuatan otot, juga ditemukan pada kasus-kasus sarkopenia. Oleh karena itu,tim pengabdian masyarakat yang diketuai oleh dr. Anastasia Evi Handayaningsih, Ph.D. mengusung tema pengabdian yang berfokus pada identifikasi sarkopenia untuk mengantisipasi terjadinya penurunan kapasitas intrinsik pada lansia.
Sarkopenia adalah sindroma yang ditandai dengan hilangnya massa otot yang progresif dan menyeluruh yang juga merujuk pada proses hilangnya fungsi otot pada lansia. Sarkopenia banyak mendasari terjadinya keterbatasan dalam mobilitas dan aktivitas sehari-hari individu lansia. Sarkopenia juga menjadi dasar kunci dalam patofisiologi frailty/rapuh, disabilitas dan kematian individu lansia. Tahun ini merupakan tahun pertama kegiatan pengabdian masyarakat, yang rencananya akan dilanjutkan hingga tahun depan. Tahun 2024 akan berfokus pada peningkatan kapasitas kader posyandu lansia tentang sarkopenia dan frailty melalui pelatihan dan pendampingan.
Jumat, 12 Juli 2024 tim menyelenggarakan Pelatihan Deteksi Sarkopenia dan Rapuh Pada Kader Posyandu Lansia untuk mendukung Healthy Aging di Kantor Desa Sumberadi, Sleman. Pelatihan kader posyandu lansia dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai lansia sehat, sarkopenia dan frailty pada lansia. Kader dilatih melakukan skrining kesehatan lansia berupa penimbangan berat badan dan analisis komposisi tubuh, pengukuran panjang tungkai, pengukuran kekuatan otot dengan handgrip, pengukuran lingkar lengan atas, serta skrining frailty dengan menggunakan skor RAPUH. Pelatihan diberikan oleh dokter subspesialis geriatri beserta tim yang terdiri dari dokter spesialis penyakit dalam dan perawat komunitas. Tim juga mengambil data hasil skrining berupa data dasar, data antropometri (berat badan, panjang tungkai, massa otot, lingkar lengan atas), hasil pengukuran kekuatan otot lengan, performance otot dengan tes 5 kali berdiri duduk, serta skor RAPUH.
“Kesehatan lansia perlu diperhatikan, pemberdayaan kader pada program ini dapat membantu mendampingi lansia untuk semangat tetap sehat”, tutur dr. Anastasia Evi Handayaningsih, Ph.D. Setelah dilakukan pelatihan, tim akan melakukan pendampingan pada kader dalam melakukan skrining di posyandu lansia wilayah masing-masing. Kegiatan ini selaras dengan SDGs pada poin ke-3 yaitu Kehidupan Sehat dan Sejahtera.