Yogyakarta. Badan kesehatan dunia (World Health Organisation – WHO), menyatakan bahwa terjadi satu kasus bunuh diri setiap 40 detik. Tentu hal tersebut sangat memprihatinkan, tak terkecuali bagi Indonesia yang angka masalah kesehatannya jiwanya merangkak naik. Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa pada tahun 2013 Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menduduki posisi tertinggi untuk masalah kesehatan jiwa di tingkat nasional, sedangkan pada tahun 2018, DIY menduduki peringkat dua. Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah yang dapat terjadi pada siapapun. Berbagai faktor sosial budaya pun turut berkontribusi pada munculnya masalah kesehatan jiwa. Tentu saja, diperlukan keterlibatan semua pihak secara aktif untuk menyelesaikan masalah kesehatan jiwa di DIY tersebut.
Kampus merupakan tempat kerja bagi dosen dan tenaga kependidikan, sekaligus menjadi tempat belajar bagi mahasiswanya. Kampus merupakan tempat yang strategis sebagai tempat untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan dan pembentukan karakter. Disisi lain, dinamika kampus serta tugas dan tanggungjawab sivitas akademika juga berpotensi memberikan beban tersendiri bagi sivitas akademikanya. Dinamika kerja maupun belajar tersebut juga dapat berpotensi pada munculnya masalah kesehatan jiwa. Terkadang kita merasakan waktu 24 jam per hari itu tidak cukup untuk menyelesaikan tugas-tugas kita. Hingga akhirnya berdampak pada terjadinya gangguan pola tidur maupun pola makan. Sayangnya, seringkali hal tersebut kurang disadari oleh sivitas akademika sehingga penanganannya pun terlambat.
Hari kesehatan jiwa se dunia mengamanatkan pentingnya keterlibatan semua pihak dalam mewujudkan kesehatan jiwa melalui Aksi 40 detik. Dalam rangka memperingati Hari kesehatan jiwa sedunia, tim UGM Cares melakukan aksi 40 detik peduli kesehatan jiwa. UGMCares merupakan komunitas yang terbentuk dari berbagai lembaga yang ada di UGM untuk mewadahi “Gerakan Peduli Kesehatan Jiwa” bagi civitas akademika UGM. Gerakan tersebut merupakan salah satu implementasi salah satu tema Health Promoting University / kampus sehat UGM, yaitu kesehatan jiwa. Gerakan yang dilakukan berupa ajakan kepedulian terhadap masalah kesehatan jiwa, termasuk untuk mengurangi stigma yang ada pada kesehatan jiwa. Oleh karena itu, pada momentum hari kesehatan jiwa sedunia ini, UGMCares mengajak civitas akademika UGM untuk menuliskan hal-hal yang sedang dirasakan atau dipikirkan pada spanduk yang disediakan. Kita perlu untuk saling berbagi, saling bercerita, agar lebih sehat jiwa.
Spanduk dipasang di beberapa titik di UGM, yaitu di FK-KMK, Fakultas Psikologi, Fisipol, Fakultas Teknik, Fakultas Hukum, Fakultas Peternakan, Sekolah Vokasi, Sekolah Pascasarjana, dan 6 titik kantong parkir UGM. Lembaga yang tergabung dalam komunitas UGM Cares ini adalah Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran sosial FK-KMK; Departemen Keperawatan Medikal Bedah FK-KMK; Health Promoting University UGM; Departemen Kesehatan Jiwa FK-KMK, Center for Public Mental Health Fakultas Psikologi, FHUGMCares, Sobat FT; Kabar.kan; Layanan Psikologi FK-KMK; CDC Fisipol, OH Fisipol; PK4L; BEM FK-KMK; dan BEM Fakultas Teknik.
Pemasangan spanduk dilakukan antara tanggal 10 OKtober hingga 24 Oktober, disesuaikan dengan kegiatan dan kebutuhan unit kerja masing masing. Demikian juga untuk pesan yang disampaikan. Fakultas Teknik lebih memilih untuk membuat dukungan untuk pencegahan dan pengendalian bullying/perundungan di lingkungan kampus, sebagai salah satu langkah mewujudkan kesehatan jiwa. Pada beberapa titik, aksi dilakukan bersama dengan kegiatan yang lain. Misalnya di Fakultas Psikologi, aksi 40 detik dilakukan bersamaan dengan talkshow Mmebantang Asa di Kampus Sejahtera; di FK-KMK selain di gelar pada tanggal 10 Oktober juga akan dilakukan bersamaan dengan seminar “Self harm dan bunuh diri di kalangan mahasiswa” tanggal 13 Oktober; di Fakultas hukum dilakukan pada tanggal 11 Oktober bersamaan dengan kegiatan “Exspressive art Theraphy”; dan di FISIPOL akan dilakukan tanggal 23 Oktober bersamaan dengan art and mental health. Respon sivitas akademika terhadap aksi ini cukup positif. Pada hari pertama, spanduk di kantong parkir fislsafat sudah penuh dan bahkan bolak balik terisi.
Harapannya, melalui aksi 40 detik ini, civitas akademika semakin menyadari pentingnya kesehatan jiwa, seperti beberapa tulisan civitas akademika pada spanduk “Luka aja diobati, masa jiwa enggak?” atau “jiwa itu juga bisa sakit, so, jangan malu ke psikolog” dengan disertai emot senyum. Da juga kalimat penyemangat, “kamu nggak sendiri, ayo cerita….”. Kita berharap bahwa kegiatan ini menjadi sarana untuk pendidikan yang berkelanjutan (education for sustainable development), tentang kesehatan yang sebenarnya komprehensif, tidak hanya sehat secara fisik saja, namun juga kesehatan mental, sosial, dan spiritual. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi ajang untuk meningkatkan partisipasi sivitas akademika dalam kegiatan pengembangan UGM sebagai kampus sehat./Supriati