Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan upaya untuk melindungi individu/pekerja, lingkungan di dalam dan di luar tempat kerja dari bahaya terkait pekerjaan maupun risiko yang muncul karena pekerjaan. Selain dapat mengatasi dan memelihara kesehatan individu, promosi kesehatan di tempat kerja dapat meningkatkan produktivitas kerja dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat. Promosi kesehatan di tempat kerja semakin menjadi prioritas di masa pandemi COVID-19 demi mencegah penularan.
Program Studi S2 IKM FK-KMK UGM mengadakan webinar yang bertema “Efektivitas Rekayasa Lingkungan dalam Mewujudkan Lingkungan Kampus yang Sehat di Era Adaptasi Kebiasaan Baru”. Webinar yang diselenggarakan pada Rabu (5/5) ini dihadiri lebih dari 200 peserta yang merupakan mahasiswa dan alumni UGM, praktisi kesehatan, dan masyarakat umum.
Membuka acara ini, Prof. dr. Ova Emilia M.Med.Ed. SpOG(K). Ph.D selaku Dekan FKKMK UGM memberikan sambutannya. Prof. Ova menekankan bahwa promosi kesehatan di lingkungan kerja adalah hal yang penting untuk menciptakan kenyamanan dan kepuasan kerja, mencegah perundungan, dan menghindari stress. Ia juga mengapresiasi usaha-usaha untuk mewujudkan Kampus Sehat yang didukung penuh oleh Kementerian Kesehatan.
Webinar ini terbagi menjadi 4 sesi materi dan dimoderatori oleh Dr. Supriyati, S.Sos., M.Kes. Paparan pertama berjudul “Implikasi Pandemi Covid-19 pada Kesehatan di Tempat Kerja” disampaikan oleh dr. Riskiyana Sukandhi Putra, M.Kes (Direktur Kesehatan kerja dan Olahraga Kementerian Kesehatan RI). Dalam paparannya, dr.Riski memaparkan pentingnya pembangunan pada kelompok usia kerja, termasuk untuk menyiapkan bonus demografi yang akan kita hadapi pada tahun 2030. Penatalaksanaan kesehatan pekerja adalah investasi, bukan beban (cost). Prinsip rekayasa pada tempat kerja adalah pembentukan tim penanganan Covid, identifikasi risiko, persiapan tempat kerja sehat dan aman Covid -19, implementasi dan pengawasan protokol kesehatan, penanganan pegawai terkonfirmasi Covid -19, dan koordinasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan setempat. “Jangan jadi tukang pel, sedangkan bocornya tidak kita benahi. Jadi tidak hanya kuratif saja namun cari sumber masalahnya. Jika kesehatan pulih, ekonomi juga akan bangkit,” tutupnya.
Pembicara kedua adalah Sentagi Sesotya Utami, ST, M.Sc., PhD (Ketua Pokja Lingkungan sehat dari HPU UGM) dengan materi “Desain Tempat Kerja yang Sehat di Era Adaptasi Kebiasaan Baru”. Prinsip Persiapan Protokol dan Fasilitas Fisik untuk KBM Baur yang telah disiapkan oleh beliau dan tim meliputi: eliminasi, substitusi, kendali teknis, kendali administratif dan APD. “Semua unit harus menghitung kapasitas ruangnya. Perhitungan ini juga harus memperhatikan bentuk dan desain ruangan. Rujukan yang dapat digunakan adalah peraturan menteri dan juga peraturan rektor,” ujarnya. Beliau menekankan pentingnya edukasi bagi khalayak karena persiapan teknis sebaik apapun akan percuma jika perilaku civitas akademika masih buruk.
Selanjutnya, dr. Imran Agus Nurali, Sp.KO (Direktur Promosi Kesehatan dan pemberdayaan Masyarakat kementerian kesehatan RI) memberikan materi tentang “Pemberdayaan Sivitas Kampus dalam Era Adaptasi Kebiasaan Baru: Peluang dan Tantangannya”. Beliau menekankan konsistensi dalam usaha pengendalian pandemi ini. “Kita melakukan lari marathon, jadi kita harus tahan. Bukan banyaknya regulasi, namun pelaksanaan regulasi itu,” ujar beliau. Dalam kaitannya dengan kegiatan pengendalian Covid-19 di kampus, beliau menyampaikan bahwa harus ada agent of change dari seluruh elemen termasuk mahasiswa, dosen, penjaja kantin, dan yang lainnya. Stakeholder harus memberi informasi yang baik dan penguatan jejaring harus dilakukan. “Kampus harus bisa memberi pengaruh postitif, seperti obat nyamuk, jadi dari dalam kampus ke luar (masyarakat),” tambahnya.
Paparan keempat oleh Prof. Dra. Yayi Suryo Prabandari, M.Si., Ph.D (Kepala Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan dan Kedokteran Sosial FK-KMK UGM) berjudul “Kontribusi HPU (Health Promoting University) UGM dalam membentuk Perilaku Sehat Civitas Kampus”. Pada sesi ini, Prof. Yayi banyak memberikan pengalamannya dalam melakukan inisiasi Kampus Sehat di UGM. Kampus UGM juga bekerja sama dengan stakeholder terkait guna penyebaran informasi tentang konsep HPU. “Beberapa waktu yang lalu kami mengundang universitas yang tidak memiliki fakultas kesehatan untuk mengenalkan HPU. Pada tahun 2020, kami juga mengembangkan panduan kampus sehat bersama Dinas Kesehatan,” ujar beliau. Untuk menghadapi repopulasi, mahasiswa juga perlu ikut mengembangkan 5 sistem persiapan pembukaan kampus. Sistem ini meliputi persiapan asrama, sarana fisik dan administrasi, media komunikasi, sistem 3T, serta sistem pelaksanaan program rutin HPU dalam adaptasi kebiasaan baru. Setelah sesi diskusi berlangsung dengan dipandu moderator, acara ditutup dengan closing statement dari pembicara dan foto bersama.